Sabtu, 27 September 2014

Nak - Iwan Fals

Jauh jalan yang harus kau tempuh

Mungkin samar bahkan mungkin gelap

Tajam kerikil setiap saat menunggu

Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu


Duduk sini nak dekat pada bapak

Jangan kau ganggu ibumu

Turunlah lekas dari pangkuannya

Engkau lelaki kelak sendiri

Berkacalah Jakarta - Iwan Fals

Langkahmu cepat seperti terburu
Berlomba dengan waktu
Apa yang kau cari belumkah kau dapati
Diangkuh gedung gedung tinggi

Riuh pesta pora sahabat sejati
Yang hampir selalu saja ada

Isyaratkan enyahlah pribadi

Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota

Ramaikan mimpi indah penghuni

Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki

Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta

Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota

Ramaikan mimpi indah penghuni

Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki

Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta

Maaf Cintaku - Iwan Fals

Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar engkau tahu memang indah matamu

Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
Segudang kata cinta padamu

Mengertilah
Perempuanku

Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Mengertilah
Perempuanku

Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Adzan Subuh Masih Di Telinga - Iwan Fals

Ketika fajar menjelang
Terlihat dia melangkah enggan
Seirama dengan dendang subuh
Yang singgah di hati keruh

Sempit jalan berdesak bangunan
Memandang sinis mendakwa bengis
Perempuan satu dan hitamnya waktu

Dihapusnya gincu dengan ujung baju
Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu

Hari pagi menyambut kau kembali
Mengusap nadi mengelus hati
Sesal di hatimu kian mengganggu

Kau reguk habis semua doa doa
Dari surau depan rumah yang kau sewa
Tak terasa surya duduk di kepala
Azan subuh masih di telinga

Terdengar renyah tawa gadis sekolah
Menyibak tabir cerita lama
Didepan retaknya cermin yang telah usang
Menari dia seperti dahulu

Terdengar pelan ketuk pintu
Tegur anakmu buyarkan lamunan
Perempuan satu kian terbelenggu

Dihapusnya gincu dengan ujung baju
Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu

Serdadu - Iwan Fals

Isi kepala di balik topi baja
Semua serdadu pasti tak jauh berbeda
Tak peduli perwira bintara atau tamtama
Tetap tentara

Kata berita gagah perkasa
Apalagi sedang kokang senjata
Persetan siapa saja musuhnya
Perintah datang karang pun dihantam

Serdadu seperti peluru
Tekan picu melesat tak ragu
Serdadu seperti belati
Tak dirawat tumpul dan berkarat

Umpan bergizi titah bapak menteri
Apakah sudah terbukti ?
Bila saja masih ada buruknya kabar burung
Tentang jatah prajurit yang di kentit

Serdadu seperti peluru
Tekan picu melesat tak ragu
Serdadu seperti belati
Tak dirawat tumpul dan berkarat

Lantang suaramu otot kawat tulang besi
Susu telur kacang hijau ekstra gizi
Runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini
Serdadu harus tahu pasti

Serdadu baktimu kami tunggu
Tolong kantongkan tampang serammu
Serdadu rabalah dada kami
Gunakan hati jangan pakai belati

Serdadu jangan mau di suap
Tanah ini jelas meratap
Serdadu hoi jangan lemah syahwat
Nyonya pertiwi tak sudi melihat

Tolong Dengar Tuhan - Iwan Fals

Hei Tuhan
Apakah kau dengar
Jerit umatmu
Diselah tebalnya debu

Hei Tuhan
Adakah kau murung
Melihat beribu wajah berkabung
Disisa gelegar Galunggung

Hei Tuhan
Tamatkan saja
Cerita pembantaian orang desa
Yang jelas hidup tak manja

Hei Tuhan
Katanya engkau maha bijaksana
Tolong Galunggung pindahkan ke kota
Dimana tempat segala macam dosa

Berat beban kau datangkan
Pada mereka disana
Cela apa nista apa
Hingga engkau begitu murka
Sungguh ku tak mengerti

Hingar tangis karena adzabmu
Setiap detik duka berpadu
Semakin keras jerit tak puas
Dari mereka yang resah bertanya
Adilkah keputusanmu

Acap kali rintih memaki
Setiap duka tuding Ilahi
Jangan salahkan kecewa kami
Bosan dalam irama takdirmu
Walau ku tak terganggu

Bukankah kau maha tahu
Pengasih penyayang
Namun mengapa selalu saja
Itu hanya cerita

Hei Tuhan
Tolong hentikan
Hei Tuhan
Dengar rintihan

Amuk lahar yang datang hanguskan bumi
Tinggalkan arang penghuni desa pergi
Gemuruh batu hancurkan saudaraku
Ulurkan tangan bantulah sesamamu

Tuhan
Salah apakah mereka

Mungkin - Iwan Fals

Di negeri ini apa saja bisa terjadi
Untuk mendapatkan keadilan
Kalau perlu membeli

Yang hitam bisa menjadi putih
Yang putih pun begitu
Terhadap yang benar saja sewenang wenang
Apalagi yang salah

Sebenarnya ini cerita lama
Tapi nyatanya sampai kini
Masih sama

Banyak pengacara berjaya karenanya
Pengangguran banyak acara itulah dia
Tekak tekuk hukum sudah menahun
Pengadilan bagai sarang para penyamun

Hukum mudah dipermainkan
Pasal pasalnya mulur mungkrek
Sampai kapan ini berjalan
Kok semakin hari bertambah ruwet

Kalau mau menang harus punya uang
Yang bokek tak masuk hitungan

Ada hakim dilempar sepatu
Itu artinya tak mau dimadu

Yang gila lagi
Orang gila masuk persidangan

Punya pengacara yang juga gila
Hakimnya gila
Jaksanya gila
Jangan jangan semuanya sudah gila
Termasuk dokternya
Termasuk saya
Mungkin